Kalibareng - GAMBARAN KALIBARENG TEMPO DEULEU

GAMBARAN KALIBARENG TEMPO DEULEU

 

SEJENAK KEMBALI KE YAMAN TAHUN 80an

          dengan di tayangkan foto tahun 80an ini berharap kita semua mengenang  Yaman di mana belum ada elektronik, yaman di mana belum ada trasportasi  merebak, yaman dimana komputer dan internet belum ada , listrik pun belum masuk Desa .dahulu dadalah yaman dimana hanya peradaban masyarakat pedesaan yang hidup dengan keterbatasan , kesederhanaan namun kenyamanan keindahan, kebersamaan namun masyarakatnya selalu dan selalu berusaha untuk mampu bertahan hidup  dari Alam sekitar.                                                                                                                                                 Sawah dan tegalan menjadi  rutinitas Masyarakat jaman dahulu untuk beraktifitas untuk bercocok Tanam Tanaman Palawija dan  Padi yang disawah menjadi makanan dan hasil peranian masyarakat pedesaan yang di harapkan disetiap orang, dari pola pertanian yang turun temurun namun mampu menjadi kebanggaan bagi setiap insan perdesaan. Apalagi Padi yang sudah menguning, susah payah, perjuangan para petani jaman dulu merasa bangga dan merasa Ayem Tentrem, Istilah Orang Jawa

          Tidak banyak yang dia fikirkan yang penting berangkat pagi untuk kesawah dan ke ladang untuk  berusaha. pulang sore dengan membawa apa yang dia dapatkan,untuk memenuhi kebutuhan  sehari hari, jarang juga masyarakat yaman dulu bersarapan dengan  Nasi, hanya sepotong singkong rebus untuk berkerja dari pagi sampai siang. panas, hujan, tidak menjadi masalah karena demi tanggung jawab  isteri dan anak- anaknya.

          Pengembala kerbau yang sealu asik dengan seruling dan Cemetinya. Kenapa tidak hampir Masyarakat Desa sebagian banyak memelihara Kerbau untuk membajak sawah dan menjadi harta yang sewaktu waktu bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan.

Apalagi orang pedesaan seperti saya ( Masyarakat Desa Kalibareng Kecamatan Patean Kabupaten Kendal Jawa Tengah Indonesia yang mayoritas petani. kesederhanaan itu yang selalu menjiwai setiap warga. Sebelum tahun 1980 kehidupan warga desa kalibareng pada umumnya jauh dari pendidikan Formal ( ISTILAH ORANG JAWA ORA MANGAN POJOKENG SEKOLAHAN ) namun masyarakat  sudah mengenal yang namanya Budi perkerti, toto kromo, unggah ungguh,sopan santun,istilah pepatah ( WONG JOWO ORA NINGGAL JOWONE, WONG ISLAM ORA NINGGAL QUR'AN KHADISE ).

Adat istiadat selalu terjaga Contohnya Gotong royong masih terpelihara, kerukunan masih menjadi Jiwa yang tertanam disetiap nafas yang ada.

Kearifan Masyarakat, tidak meninggalkan pitutur luhur yang di sampaikan oleh orang Tuannya.kesederhanaan itu mampu membuat generasi yang tangguh dan mempunyai rasa PATRIOTISME yang tiada bandingnya.

Alam selalu bersahabat, karena masyarakatnya melindungi dan memahami apa arti kehidupan yang sebenarnya, yang berarti menjaga alam lingkungan  menjaga kelestarian kehidupan makhluk bumi tidak ketercualian manusia itu sendiri.Alam menghasilkan sumber kehidupan, contohnya Sumber mata Air ,hutan yang indah, Kicau burung yang merdu di alam bebas, dimana ada air disitu ada Ikannya ( peribahasannya )

Dimana sahabat  sahabat kita. kicauan burung yang merdu, sumber mata Air yang melimpah, ikan yang melimpah,angen yang sepoi-sepoi, pepohonan yang rindang, Hutan yang lebat dan hijau. semua itu sudah punah... sudah kedaluwarsa karena pola kehidupan kita jaman sekarang ini sudah banyak yang meninggalkan ajaran para pendahulu kita.

Kita ingat Sekolah SD dulu hanya ada Mata pelajaran. Matematika, IPA, IPS,PMP, Agama, Keterampilan, Kesenian, pakaian sekolah yang sederhana tidak ada sepatu , seragam pun belum se mewah sekarang, walaupaun tetap atas putih bawah merah.namun Lulusan SD tahun 80 an mampu menghitung cepat melebihi Komputer, karena dulu mengandalkan kemampuan Otak untuk menapung memory.

            Ingatkah kita dalam  matematika dulu, ada belajar Mencongak, menghafal perkelaian, tambahan, poro gapit dan lain lainnya. Yang paling dominan adalah pelajaran Budi pekerti dan sopan santun alkhasil tidak ada murid yang berani kepada Guru, bukan berarti si murid takut tapi lebih menghurmati dan menghargai seorang guru, agar ilmu yang diajarkan oleh sang pahlawan tanpa tanda jasa ( GURU ) atau Pengajar  kepada murid bisa manfaat dan berguna bagi Agama Nusa dan Bangsa .

            Di kegiatan belajar Agama (mengaji) : kesederhanan vasilitas contohnya Penerangan yang minim ( Nyamplik ) bahasa jawannya tempat duduk hanya krusi atau lampit dan kalau musim tanggal tua Komariyah para santri kampung berangkat ngaji ( belajar Agama ) membawa penerangan seadannya ( Oncor ) yang terbiuat dari bambu yang di isi menyak tanah  lalu di beri kain atau kapas randu. Untuk penerang jalan menuju tempat Kiai  Kampung yang di tuju,  Kalau bersamaan bak lampu jalan masa kini . indah cahayannya dan kelihatan api yang nyala menari nari tertiup angin.

            Yang saya salut pada Era itu tidak ada masyarakat yang tidak ada Masyarakat yang berfikir “ APA YANG NEGARA BERIKAN KEPADA KAMI”

            Namun masyarakat dulu selalu berpendapat “APA YANG AKAN DIBERIKAN KEPADA BANGSA DAN NEGARA KAMI INI”.

   Pembaca yang budiman saya bukan jurnalis maka pastilah banyak kata, kalimat yang tidak sesuai dengan tata bahasa yang baik dan benar maka segala kekurangan dan kesalahan saya menghaturkan maaf yang sebesar-besarnya .dan maaf vidio yang saya tampilkan bukan asli warga desa Kalibareng . itu hanya gambarang yang mirip peradaban  yang ada di masa dulu di desa kalibareng.

                                                                                                Penulis

 

 

                                                                                          Slamet susilo

 


Dipost : 11 Juni 2020 | Dilihat : 762

Share :